Antologi Puisi Kelas XII tahun 2015/2016



Puisi 1
SAHABAT
Oleh    : Eka Nadya Lupitasari

Goresan tinta yang kutulis untukmu
Mungkin tidak cukup untuk menulis semua kisah kita
Kisah yang begitu indah
Kisah dimana kita berbagi pengalaman
Berbagi suka duka
Bahkan berbagi pengetahuan

Sahabat…
Mungkin tidak cukup untuk menggambarkan semua kebersamaan kita
Kebersamaan yang pernah kita lalui
Kebersamaan dimana kita bisa menemukan sebuah kebahagiaan
Kebahagiaan yang begitu sederhana
Kebahagiaan yang begitu berkesan untuk kita

Sahabat…
Mungkin tidak cukup untuk melukiskan berbagai perbedaan diantara kita
Perbedaan yang membuat kita satu
Perbedaan yang terkadang memisahkan kita
Perbedaan yang dapat mengungkapkan jati diri kita
Dan perbedaan itu sangatlah indah
Karena dibalik semua perbedaan itu,kita semua jadi saling terikat

Sahabat…
Terimakasih atas semua yang telah kau berikan padaku
Karena semua kenangan itu
Yang telah menyadarkanku
Betapa pentingnya sebuah persahabatan 



Puisi 2

Maklum Jiwa Muda
Oleh : Widyatama Islamiyati

Maklum jiwa muda
Semangatnya sedang tinggi-tingginya
Sedikit saja kena korek prinsip
Langsung menyala-nyala

Maklum jiwa muda
Yang semangatnya mudah menyala
Tapi belum banyak makan garam
Tahunya yang manis manis saja

Maklum jiwa muda
Yang hanya tahu manis saja
Ilmu hidup bertetanggapun tak tahu
Sudah berani menganggap dirinya hebat

Maklum jiwa muda
Yang sok hebat
Tak lain hanyalah seperti air beriak
Tapi tetap berkoar-koar cerdas

Maklum jiwa muda
Yang beriak tapi katanya cerdas spiritual
Nyatanya ibadahpun masih puasa Dawud
Perilakupun bagai orang gila

Maklum jiwa muda
Yang sedang tergila-gila
Sebagiannya suka bercermin di air keruh
Sehingga,gajah di pelupuk matapun tak tampak
Maklum jiwa muda
Yang menganggap dirinya sempurna
Sampai-sampai mengorek paksa kesalahan orang tuanya
Untuk dijatuhkan kehormatannya

Maklum jiwa muda
Ternyata menjadi musuh dalam selimut
Berupa katak yang ditutup tempurung
Langitnya selalu sama,gelap

Maklum jiwa muda
Yang langitnya gelap
Tempurung itu sudah dibuka
Lihatlah ada gugusan bintang di langit!



Puisi 3
Pengemudi Lajuku
Oleh: Ainun Widyawati

Sampanku,membawaku semakin jauh ke tepian
Bukan karena ku pandai merengkuh
Mungkin ombak yang bosan melihat pasrahku
Sehingga ia menggulung lebih dari biasanya

Awalnya ragu
Perlahanku rengkuhkan dayungku
Membuat sampanku berjalan lebih cepat dari yang pernah ku rasa

Ternyata
Merengkuh tak sesulit apa yang ku bayangkan
Mentari tak seterik dari apa yang terlihat
Ombak tak pernah membenci seperti apa yang aku rasa
Waktu mungkin telah banyak membuat sesal
Aku mungkin terlambat
Terlambat sadar bahwa aku pengendali sampanku

Aku penentu seberapa lama berada di bawah terik
Seketika saat tepian mulai tampak
Bukan saatnya kita tersenyum memperlahan jalan
Bukan saatnya kita berhenti karena merasa berhasil
Hujan hadir tak memperdulikan kehadirannya
Hujan hadir untuk membuat terang lebih awal
Seperti tangis yang hadir untuk membuat tawa cepat datang

Sebagaimana terik
Seharusnya semangat lebih membara membakarku
Seharusnya tekad lebih kuat
Mematahkan pasrahku
Karena bagaimana sampanku
Aku pengendalinya
Bagaimana keberhasilanku,aku yang menentukan
Bagaimana jalanku,aku yang memilih
Dan bagaimana aku, itu tergantung diriku sendiri






 
Puisi 4

                                     Madrasah Tercinta
                                    Oleh: Tiana Febritiwastiana

Terima kasih madrashku
Rasa hormat dan patuhku padamu…
Inilah jalan hidupku…
Akan kutempuh setiap waktu
Naluri indah indah selalu dalam benakkku
Anganku tuk menggapai ilmu selalu
                                   Frutasi dalam hidupmu bukan suatu alasan
                                   Entah siang ataupun petang
                                   Beribu rintangan yang datang akan aku hadang
                                   Raga ini akan melawan sampai titik darah penghabisan
                                   Ilmu adalah sandaran hidupku dimasa depan

Waktu selalu berputar
Akupun selalu berikhitiar
Subuh hingga ashar tak kenal lelah
Tetesan keringat takkan menyerah
Inilah perjuangan siswa madrasah
Alangkah senangnya diriku

Namamu selalu ada dihatiku MAN PURWOKERTO 2
Aku hanya bisa berkata I LOVE YOU  MADRASAHKU



 







Puisi 5

Tema   : Kritik sosial
                                    Wayang Jalanan
                                    Oleh Heli Nurhidayati (pemenang lomba cipta puisi)

Awak lemah payah milik mata indah
Kulit putih terusap asap
Laksanan melati berbasuh api
Sejoli penglihatan mengerlik menahan terik
Deras mengucur awak air kelelahan
            Digendongan ibu tak berhati tampan
Melodi tangis memecah bibir jalan
Mengadu pada mesin-mesin berderu
Putri kecil tak berdosa jadi senjata
Peruntuk ibu tak berhati tampan
Mengais rezeki mengharap belas kasihan
            Pikir apa kau ibu?
            Hati kecilku berkecamuk marah padamu
            Sungguh malang putri kecil itu
            Timang-timang yang harus ia rasakan
            Kau jadikan wayang jalanan
Jerit hati menggema menahan iba
Pulangkan anak itu!
Istirahatkan anak itu!
Bukan karpet aspal tempatnya!
            Jangan kau mengharap belas kasih
            Sendiri kau melarat teramat belas kasih
            Kau segolek ranting teramat rapuh
            Benar tidak macam beringin tangguh
            Kau ibu tak berhati!
            Mengerti!!

Minggu, 8 November 2015
Puisi 6

TETESAN MUTIARA
Oleh Annisa Fatimatuzzahroh

Saat itu matahari muncul semakin tinggi
Kilauan sinarnya mengguyur sekeliling
Kami yang berdiri berderet rapih sejenak bisu
Seketika itu 4 pahlawan paling berjasa

            Berdiri tegak di tengah mimbar lapang
            Ditemani sinar pagi dan sekumpulan awan putih yang beterbangan
            Detik demi detik semakin berlari kencang
            Kata demi kata selalu berangkai tegas
Sayup hembusan angin diiiringi bintang kecil perlahan terjatuh
Kata maaf selalu keluar dari perasaannya
Dengan dentingan lembut
Hati kami seakan merintih
            Tetesan mutiara kami
            Tak dapat kami bendung
            Seraya ombak menghantam karang
            Yang tak hentinya membasahi pipi kami
Setelah semua orasi berhenti
Kami berlari ke dalam lapang
Seperti sedang mengejar cepatnya denting jarum jam
Dengan bergetarnya bibir, kata maaf pun tak dapat kami bendung
            Seakan sekarang bukanlah sebuah tetesan
            Melainkan serbuan air terjun pancuran
            Yang keluar secara cepat dan semakin deras
Tak terduga tak terbayang
Mutiara paling berharga mulai menetes di depan mata kami
Hati kami bercampur pilu dengan kaharuan yang mengelabuhi dada
Tak kan pernah kami lupa kejadian bersejarah ini
Akan selalu kami simpan dalam memori


Puisi 7

HARI BERSEJARAH
Oleh Mafaza Ainun F

Hari itu hari yang paling bersejarah
Bersejarah untuk sekolah ini
Coba tanyakan pada bangunan
Mungkin, ia tahu apa yang telah terjadi

            Hari itu hari yang cerah
            Namun menjadi hari yang berduka
            Hari yang menggoreskan luka
            Dan hari yang menetskan air mata

Hari itu hari yang mengubah banyak hal
Mengubah ketenangan menjadi keributan
Mengubah kedamaian menjadi perpecahan
Mengubah keakraban menjadi permusuhan

            Apalah daya, nasi telah menjadi bubur
            Semua telah tercatat menjadi sejarah
            Sejarah buruk untuk sekolah ini
            Yang tetap tersimpan di dalam memori





 





 
Puisi 8

MATEMATIKA
Oleh Favi Ngiza Fatwati

Hanya kepastian yang ia butuhkan
Harus berani dalam membuktikan
Harus kreatif dalam mengerjakan
Salah di pertengahan langsung gagal
Apalagi salah di depan, pastilah tersesat
           
MATEMATIKA
            Dia membuat kami bingung
            Seolah-olah langit dan bumi bisa bersatu
            Akan tetapi jika engkau benar-benar memahaminya
            Sesungguhnya dia sangat menarik
            Sangat menantang untuk ditaklukan
                       
Rangkaian angka indah membentuk barisan deret
                        Mengasah otak setajam pisau
                        Menuju gelar bernama profesor
                        Iulah matematika
                       
                        Yang satu berkata I HATE YOU
                        Yang satu berkata I LOVE YOU






                                                                                                   








Komentar

Postingan populer dari blog ini

UH TEKS EDITORIAL 2019

SOAL TO DETIK-DETIK 2016 DG PEMBAHASAN

Soal UM Tahun 2017