Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi 1
Sejarah
Kelahiranku
Oleh
Ephi Phahdianti
XII
Agama 1, 2017
Rocekan, nama
tersebut adalah salah satu nama dari sebuah grumbul di Desa Banjarsari
Kecamatan Ajibarang. Grumbul tersebut adalah dimana tempat saya dilahirkan.
Saya dilahirkan oleh seorang Ibu yang bernama Rohana. Sedangkan Bapak saya, bernama
Tarmo. Saya memiliki tiga saudara laki-laki, dua kakak dan satu adik. Hal itu,
bagi saya merupakan hal yang unik. Karena saya adalah satu-satunya anak
perempuan dikeluarga. Dalam proses melahirkan saya pada masa lalu tidak
memiliki kendala yang berlebihan, semua lancar. Ibu mengatakan bahwa tidak ada
masalah dalam proses melahirkan saya dulu. Namun, yang menjadi masalah adalah
dalam proses pemberian nama. Selain itu, Ibu juga mengatakan bahwa pada saat
Ibu mengandung saya juga kakak-kakak saya, ada salah satu kebiasaan Ibu yang
tidak beliau lakukan.
Dahulu, ketika Ibu
mengandung saya Ibu tinggal di Brebes, di tempat kelahiran Bapak saya. Namun,
beberapa bulan sebelum melahirkan saya, keluarga kami pindah ke Rocekan, tempat
kelahiran Ibu. Ada satu kebiasaan yang biasa Ibu lakukan saat sebelum
mengandung tetapi tidak melakukannya pada saat mengandung. Kebiasaan itu adalah
memakan nasi. Ibu tidak memakan nasi pada saat mengandung dengan harapan, kelak
agar anak-anaknya menjadi orang yang cerdas. Entah datang darimana tentang hal
tersebut tetapi itu hanya perasaan dalam hati Ibu saja.
Pada saat kelahiran saya,
Bapak tidak berada di rumah melainkan beliau sedang berada di Jakarta. Saya
dilahirkan tepatnya pukul setengah sepuluh malam pada hari selasa tanggal 22
bulan Februari tahun 2000. Saya dilahirkan di rumah dalam keadaan normal. Pada
saat itu, Ibu saya tidak melakukan aktivitas apapun. Beliau hanya sedang duduk
santai. Ketika Ibu akan melahirkan, tetangga kami yang kami sebut dengan Wak
Ras mendengar rintihan Ibu saya. Akhirnya, Wak Ras bergegas menuju Grumbul
Manuksiung untuk memanggil dukun bayi yang bernama Mbok Sarwen. Proses
melahirkan saya tidak melalui proses yang begitu panjang, saya dilahirkan
secara normal dan sehat. Ibu pada saat itu begitu sangat senang, ketika
mendengar suara tangisan saya pada saat lahir dan lebih senang lagi ketika
beliau mengetahui anak yang baru dilahirkan berjenis kelamin perempuan, karena
itu adalah harapan Ibu dulu ketika mengandung saya.
Melalui
telephone zaman dahulu yang dimana tempatnya disebut WARTEL, Bapak yang sedang
ada di Jakarta langsung mengetahui kelahiran saya. Beberapa hari setelah
kelahiran, Bapak pulang untuk melihat saya dan memberikan nama. Nama saya yang
digunakan pada saat ini diberi dengan
melalui proses pemberian nama ala orang jaman dahulu, yaitu melalui perhitungan
orang jawa. Itu hanya sebuah kepercayaan yang sebenarnya tidak dipercayai
sepenuhnya oleh kedua orang tua saya, hanya untuk kehati-hatian.
Kata
Bapak, nama saya diambil dari nama salah satu temannya pada waktu Bapak duduk
di bangku Sekolah Dasar. Ia bernama “Eti Pahdianti”. Salah satu anak Pak Wedana yang paling banyak
disukai teman laki-lakinya pada saat itu, termasuk Bapak saya. Bapak
menceritakan kepada saya bahwa kenapa nama “Eti Pahdianti” menginspirasinya,
karena “Eti Pahdianti” adalah anak Pak Wedana yang perhitungan namanya tidak
mungkin sembarang. Disamping itu, “Eti Pahdianti” merupakan anak yang pintar, ceria dan juga
manis. Walaupun, sebenarnya ia juga genit. Bapak juga melanjutkan kisahnya,
ketika sore hari pada masa kecil Bapak dulu, saat bermain bola volly Bapak juga
selalu curi-curi pandang pada Eti. Tidak
lupa juga ia mencuri perhatian adiknya Eti dengan bermain bersamanya. Karena
ketertarikan hal itulah, Bapak memberikan nama kepada saya yang mengambil dari
nama tersebut dengan perubahan “Eti”
menjadi “Ephi”. Sekali lagi ini menurut perhitungan jawa yang diharuskan pada salah
satu huruf didalam nama saya nanti, terdapat huruf “P” atau “C”. Bapak lalu
memilih huruf “P” untuk perubahan tersebut.
Hal berbeda datang dari
Ibu saya yang mengatakan nama belakang “Pahdianti” berasal dari pemberian Ibu.
Namun, saya tidak meyakini karena ketidaktahuan Ibu nama belakang “Pahdianti”
itu berasal. Saya mengira mungkin Ibu sedikit cemburu dengan hal yang Bapak
ceritakan. Namun, Ibu tetap menerima nama belakang tersebut dengan harapan baik
untuk anaknya.
Bapak menambahkan, ketika
dulu bapak di Bogor, Bapak bertemu dengan temannya yang pintar dengan
perhitungan jawa dalam pemberian nama. Temannya tersebut mengatakan, bahwa
kelak anaknya akan menjadi orang yang pintar di sekolah. Disamping itu, Bapak
juga memberi tahu saya, bahwa saya dilahirkan pada hari atau tahun Naga Mas,
yang ditemukan 50 tahun sekali. Hal tersebut merupakan Sio kepercayaan China,
yang mengatakan anak yang dilahirkan pada tahun tersebut akan menjadi terkenal.
Namun, sekali lagi orang tua saya tidak memepercayai sepenuhnya. Hanya berharap
saja yang terbaik untuk saya. Hal unik lagi yang belum saya ketahui hingga
sekarang adalah arti sebenarnya dari “Ephi Pahdianti” yang merupakan nama saya.
Namun, dengan keunikan tersebut saya bangga dan bersyukur.
Komentar
Posting Komentar