TUGAS TEKS CERITA SEJARAH KELAS XII

 

Pantai Indah Itu Menghilangkan Barang Berhargaku

Oleh Mu’tia Qiqi Fatwa Auliya

XII IPA 4

 

            Di suatu pagi yang cerah pada liburan akhir semester, aku duduk termenung memikirkan tawaran ayah dan ibuku untuk berlibur bersama akhir pekan ini. Setelah sekian menit aku pun punya ide destinasi yang menarik untuk kami bertiga. Aku bergegas ke dapur menemui ibu yang sedang masak.

            “Bu, aku sudah punya ide buat libur akhir pekan. Dieng. Aku belum pernah ke sana, Bu.  Ibu juga belum pernah, kan?” kataku sambil membantunya mencuci sayuran yang hendak dimasak. Ibu tidak langsung menjawab usulku. Beliau tampak berpikir dan kemudian menarik napas panjang.

            “Maaf, Nak. Ternyata ayah dan ibu ada urusan sangat penting akhir pekan ini. Jadi, mungkin kita tidak akan ke mana-mana. Liburan yang akan datang kita ke Dieng.” Kata ibu dengan nada menyesal. Aku jelas menyesal mendengar jawaban ibu. Aku tak bisa merajuk.

            “Ya sudah tidak apa-apa, Bu. Semoga saja urusan ibu dan ayah berjalan lancar.” Kataku.

            “Terima kasih, Nak. Kalau kamu bosan di rumah terus, ibu izinkan kamu pergi liburan bersama teman.” Kata ibu. Aku hanya mengangguk.

            Liburan hampir berakhir. Aku belum punya cerita di liburan kali ini selain rasa bosan dan kecewa karena liburan bersama keluarga gagal. Aku teringat sahabatku, Neza. Ia pernah mengajakku pergi ke pantai.

            Assalamualaikum wr.wb. Neza, aku mau tawaranmu untuk pergi ke pantai.

            Tulisku dalam hp dan kukirim via WA ke Neza. Tak menunggu lama untuk membaca balasannya.

            Ayo, kapan kamu bisa?

            Besok ya, pukul 10.00. aku menjemputmu.

            Siap!

            Aku senang sekali membaca balasan Neza. Aku dan Neza bersahabat sejak kelas X atau sejak masuk Madrasah Aliyah. Kami sama-sama joker, jomblo keren. Bukan karena kami nggak laku kami jadi joker. Tapi kami memilih joker untuk saat ini.

            Aku bangun lebih awal dari biasanya. Saat aku dan keluarga sarapan bersama, aku memberi tahu ibu bahwa aku akan ke pantai.

            “Ke pantai? Dengan siapa?” tanya ibu.

            “Kata Ibu aku boleh pergi ke mana saja dengan teman. Aku pergi barsama Neza.” Kataku khawatir ibu tidak mengiizinkan.

            “Ibu kira kamu akan pergi ke mall atau ke rumah teman di daerah Purwokerto saja.” Melihat tanda-tanda keberatan ibu, aku pun merayunya hingga beliau mengizinkan.

            Pukul 10.00 aku bergegas menjemput Neza di rumahnya. Kami pergi dengan mengendarai motor. Kami pergi ke pantai dengan panduan google maps. Pukul 12.30 kami sampai di Pantai Wagir Indah Cilacap.

            Matahari sangat terik karena memang kami tiba di sana saat tengah hari. Ombak menyapaku dari kejauhan. Usai memarkir sepeda motorku, aku berlari menyambut ombak di pantai. Tak banyak orang di sana karena pantai ini memang masih belum banyak diketahui orang. Aku pun mengetahui keindahan pantai ini dari mbah google. Pasir yang putih dan bersih, deretan pohon kelapa di pinggir pantai dan suasana yang tenang membuat udara di sekitar pantai terasa sejuk meski matahari menyengat. Kami berdua bergaya dan berfoto dengan kamera hp. Kami bergaya dengan sangat gembira dan bebas tanpa khawatir dan malu. Pemandangan pantai yang sangat indah membuat kami ingin berfoto dari segala sisi. Setelah 30 menit berlalu, dua orang lelaki dengan postur tinggi besar menyapa kami dan menawarkan jasa. Semula kami takut, tapi melihat sikapnya yang ramah, kami memusnahkan rasa takut ini. Mereka memintaku memotret mereka dengan menggunakan kamera hp mereka. Setelah itu, mereka mengucapkan terima kasih dan menyalami kami. Mereka pun berlalu dari kami. Namun, setelah itu kami tak sadar atas apa yang terjadi pada kami. Kami seperti orang bingung. Kami baru tersadar setelah motorku, handphoneku, handphone Neza, dompet kami serta emas-emas yang tersembunyi dalam jilbab kami pun hilang entah ke mana. Rupanya kedua lelaki tadi telah menghipnotis kami.

            Kami bergegas mencari pertolongan kepada warga sekitar pantai. Namun, tidak ada yang mengetahui keberadaan dua orang lelaki tadi. Warga sekitar mengantar kami ke balai desa terdekat. Setelah menceritakan kronologis kejadian yang menimpa kami, kami diantar ke Polsek Adipala. Kami melaporkan yang terjadi dan melakukan olah TKP bersama Pak Polisi. Setelah beberapa jam berlalu, dan tidak menemukan titik terang akan kembalinya barang-barangku yang hilang, polisi menghubungi keluarga kami dan menjelaskan peristiwa yang menimpa kami. Aku dan Neza menunggu jemputan orang tua. Hari hampir gelap ketika orang tua datang menjemput.

            Aku menangis dan memeluk ibuku dengan erat. Aku meminta maaf atas peristiwa ini. Aku telah menghilangkan barang-barang berharga pemberiannya. Ibuku memaafkanku dan memelukku dengan erat dan menasihatiku dengan penuh kasih sayang.

           

           

           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UH TEKS EDITORIAL 2019

SOAL TO DETIK-DETIK 2016 DG PEMBAHASAN

Soal UM Tahun 2017